Rabu, 12 Juni 2013

Total Productive Maintenance (TPM)



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apa Total Productive Maintenance (TPM)?

Hal ini dapat dianggap sebagai ilmu medis dari mesin. Total Productive Maintenance (TPM) adalah program pemeliharaan yang melibatkan konsep baru yang ditetapkan untuk menjaga tanaman dan peralatan. Tujuan dari program TPM adalah untuk nyata meningkatkan produksi sementara, pada saat yang sama, meningkatkan semangat kerja karyawan dan kepuasan kerja.
TPM membawa pemeliharaan ke dalam fokus sebagai bagian penting dan sangat penting dari bisnis. Hal ini tidak lagi dianggap sebagai kegiatan nirlaba. Down time untuk pemeliharaan dijadwalkan sebagai bagian dari hari manufaktur dan, dalam beberapa kasus, sebagai bagian integral dari proses manufaktur. Tujuannya adalah untuk menahan darurat dan pemeliharaan tak terjadwal untuk minimum.

1.2 Tujuan TPM

TPM diperkenalkan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut. Yang penting tercantum di bawah ini.
  • Hindari pemborosan dalam lingkungan ekonomi yang cepat berubah.
  • Memproduksi barang tanpa mengurangi kualitas produk.
  • Mengurangi biaya.
  • Menghasilkan jumlah batch yang rendah pada saat awal mungkin.
  • Barang dikirim ke pelanggan harus non cacat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah TPM

TPM adalah konsep Jepang yang inovatif. Asal usul TPM dapat ditelusuri kembali ke tahun 1951 ketika pemeliharaan preventif diperkenalkan di Jepang. Namun konsep pemeliharaan preventif diambil dari Amerika Serikat. Nippondenso adalah perusahaan pertama yang memperkenalkan pemeliharaan tanaman preventif lebar pada tahun 1960. Pemeliharaan preventif adalah dimana konsep, operator memproduksi barang menggunakan mesin dan kelompok pemeliharaan didedikasikan dengan pekerjaan pemeliharaan mesin-mesin, namun dengan otomatisasi Nippondenso, pemeliharaan menjadi masalah karena personil pemeliharaan yang lebih dibutuhkan. Jadi manajemen memutuskan bahwa pemeliharaan rutin peralatan akan dilakukan oleh operator. (Ini adalah pemeliharaan Otonom, salah satu fitur dari TPM). Pemeliharaan kelompok mengambil hanya bekerja pemeliharaan penting.
Jadi Nippondenso yang sudah diikuti pemeliharaan preventif juga menambahkan pemeliharaan Otonom dilakukan oleh operator produksi. Awak pemeliharaan pergi dalam modifikasi peralatan untuk meningkatkan kehandalan. Modifikasi yang dibuat atau dimasukkan dalam peralatan baru. Ini mengarah pada pencegahan pemeliharaan. Dengan demikian pemeliharaan preventif bersama dengan pencegahan Pemeliharaan dan Perbaikan Maintainability melahirkan pemeliharaan produktif. Tujuan pemeliharaan produktif adalah untuk memaksimalkan pabrik dan efektivitas peralatan untuk mencapai hidup biaya siklus optimum peralatan produksi.
Pada saat itu Nippon Denso telah membuat lingkaran kualitas, yang melibatkan partisipasi karyawan. Jadi semua karyawan mengambil bagian dalam melaksanakan pemeliharaan produktif. Berdasarkan Nippondenso perkembangan dianugerahi hadiah tanaman dibedakan untuk mengembangkan dan menerapkan TPM, oleh Institut Insinyur Jepang Tanaman (Jipe). Jadi Nippondenso dari kelompok Toyota menjadi perusahaan pertama yang mendapatkan sertifikasi TPM.

2.2 Training
Merupakan program pelatihan bagi sumber daya manusia (SDM) secara keseluruhan yang bertujuan meningkatkan produktifitas mesin. Program ini ditujukan untuk multi-terampil direvitalisasi karyawan yang tinggi dan semangat juang untuk bekerja dan melakukan semua fungsi yang diperlukan secara efektif dan mandiri.
Hal ini bertujuan untuk memiliki multi-terampil direvitalisasi karyawan yang semangat tinggi dan yang memiliki bersemangat untuk datang bekerja dan melakukan semua fungsi yang diperlukan secara efektif dan mandiri. Pendidikan diberikan kepada operator untuk meningkatkan keterampilan mereka. Tidak cukup hanya mengetahui "Know-How" oleh mereka juga harus belajar "Tahu-mengapa". Dengan pengalaman yang mereka peroleh, "Know-How" untuk mengatasi masalah apa yang harus dilakukan. Hal ini mereka lakukan tanpa mengetahui akar penyebab masalah dan mengapa mereka melakukannya. Oleh karena itu menjadi perlu untuk melatih mereka mengetahui "Tahu-mengapa". Para karyawan harus dilatih untuk mencapai empat fase keterampilan. Tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah pabrik penuh ahli. Tahap yang berbeda dari keterampilan.
Tahapan- tahapan training:
Tahap 1 : Tidak mengenal sama sekali.
Tahap 2 : Mengenal teori tapi tidak dapat melakukan.
Tahap 3 : Dapat melakukan tetapi tidak bisa untuk mengajarkan.
Tahap 4 : Dapat melakukan dan bisa untuk mengajarkan.
Kebijakan:
1. Berfokus kepada perbaikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan dan teknik-teknik.
2. Menciptakan suatu lingkungan pelatihan untuk pelajaran berdasar pada rasa memerlukan dari dalam diri sendiri tanpa ada paksaan.
3. Kurikulum pelatihan mendorong ke arah bahwa karyawan menjadi suatu bagian yang sangat vital.
4. Pelatihan untuk menghilangkan kelelahan dan kebosanan karyawan dan membuat suasana bekerja yang menyenangkan.

Sasaran :
1. Mencapai penurunan nilai downtime karena kekurangan orang yang memiliki pengetahuan, mengakibatkan kekosongan di mesin-mesin.
2. Mencapai Zero defect yang disebabkan oleh ketiadaan pengetahuan / ketrampilan-ketrampilan / teknik-teknik.
3. Mencoba mencapai 100% apa yang telah menjadi rencana dan target awal. yaitu meningkatkan mutu ketrampilan-ketrampilan mereka yang bekerja.
Langkah – langkah dalam kegiatan Training :
1. Menentukan kebijakan, prioritas-prioritas dan mengecek penyajian status pendidikan dan pelatihan.
2. Tetapkan sistim pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan operasi dan pemeliharaan.
3. Pelatihan karyawan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu ketrampilan-ketrampilan operasi dan pemeliharaan.
4. Persiapan agenda dan jadwal pelatihan.
5. Pelaksanan pelatihan.
6. Evaluasi aktivitas dan analisa, ini dibutuhkan sebagai data apabila ada pelatihan berikutnya.
Langkah-langkah dalam Mendidik dan melatih kegiatan:
1.      Menetapkan kebijakan dan prioritas dan memeriksa status sekarang dari pendidikan dan pelatihan.
  1. Menetapkan sistem pelatihan untuk operasi dan pemeliharaan keterampilan sampai gradasi.
  2. Melatih karyawan untuk meningkatkan operasi dan kemampuan pemeliharaan.
  3. Penyusunan kalender pelatihan.
  4. Kick-off sistem untuk pelatihan.
  5. Evaluasi kegiatan dan studi pendekatan masa depan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Total Productive Maintenance merupakan suatu filosofi yang bertujuan memaksimalkan efektivitas dari fasilitas yang digunakan di dalam industri, yang tidak hanya dialamatkan pada perawatan saja tapi pada semua aspek dari operasi dan instalasi dari fasilitas produksi termasuk juga didalamnya peningkatan motivasi dari orang-orang yang bekerja dalam perusahaan itu. Jadi TPM adalah kegiatan pemeliharaan yang productif dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran personal yang terlibat dalam aktivitas produksi.
Tujuan TPM :
1. Zero breakdown
2. Zero rejection and
3. Zero accident
            Training merupakan program pelatihan bagi sumber daya manusia (SDM) secara keseluruhan yang bertujuan meningkatkan produktifitas mesin. Program ini ditujukan untuk multi-terampil direvitalisasi karyawan yang tinggi dan semangat juang untuk bekerja dan melakukan semua fungsi yang diperlukan secara efektif dan mandiri.



Minggu, 02 Juni 2013

ergonomi


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
 Psikologi ilmu mulai diperkenalkan di Indonesia sebelum perang dunia ke II, melalui lembaga-lembaga pendidikan. Psikologi diajarkan di sekolah-sekolah pendidikan guru. Prinsip-prinsip psikologi ketika itu terutama diterapkan pada bidang pendidikan. Baru pada tahun 1953, dengan didirikannya Lembaga Pendidikan Asisten Psikologi, psikologi bukan saja merupakan ilmu yang diterapkan dibidang pendidikan, tetapi mulai menjadi ilmu yang dikembangkan di Indonesia dan diterapkan keberbagai bidang kehidupan, dalam kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan, dan kehidupan masyarakat pada umumnya.
 psikologi di indonesia, khususnya perkembangan psikoogi industri dan organisasi, masih sangat dipengaruhi oleh perkembangan psikologi di negara-negara barat, terutama Amerika serikat. Banyak buku dan majalah psikologi dari negara-negara barat ( yang berbahasa inggris ) merupakan buku pegangan dan buku acuan dalam pengembangan dan penerapan psikologi di Indonesia. Hal ini pula yang menjadi dasar pemikiran untuk membahas secara singkat bagaimana perkembanagan psikologi industri dan organisasi di negara-negara barat agar dapat lebih mudah mengenali dan memahami psikologi industri dan organisasi di Indonesia.
Penerapan psikologi umum di industri sudah mulai dilihat pada permulaan abad ke 20. Tahun 1901, walter dill scott berbicara tentang kemungkinan penggunaan psikologi dalam periklanan. Tahun 1903 ia menerbitkan bukunya the theory of advertising, yang dipandang sebagai buku pertama yang membahas psikologi dengan suatu aspek dari dunia kerja (schultz, 1982: tahun 1913 terbit buku lain dengan judul the psychology of industrial efficiency yang ditulis oleh hugo muensterberg, psikolog jerman yang mengajar di universitas harvard. Buku ini membahas secara lebih luas bidang dari psikologi industri. Meskipun sudah pada permulaan abad ke 20 dikenali kemungkinan penerapan psikologi umum dalam perusaan, penerapan dan perkembangannya yang pesat baru dimulaidalam dekade 1920.
B.   Tujuan
Yang paling utama,tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen MK psikologi Industri.
Selain itu,Makalah  ini ditulis untuk memperkenalkan ilmu psiikologi pada masyarakat yang awam yang umumnya belum mengetahui bagaimana ataupun apa itu ilmu psikologi /
Padahal ilmu psikologi adalah ilmu yang sangat erat kaitannya dengan keadaan kejiwaan masyarakat, bahkan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN


Pengertian psikologi industri dan organisasi, sejarah atau latar belakang timbulnya psikologi industri dan organisasi, serta ruang lingkupnya.
A.    Pengertian
Istilah psikologi industri dan organisasi merupakan terjemahan dari Industrial and Organizationa Psychology. Perlu ditambahkan bahwa industri tidak hanya terjemahan dari industry tetapi mencakup juga pengertian business (perusahaan). Selain itu psikologi industri dan organisasi merupakan hasil perkembangan psikologi umum, psikologi eksperimen dan psikologi kusus.
Secara terminologi, psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang memepelajari aktifitas-aktifatas manusia dalam hubungannya dengan lingkungan. Industri dan organoisasi dapat diartikan sebagai suatu badan usaha dari perrkumpulan ke;lompok manusia yang mempunyai tujuan bersama untuk menghasilkan suatu produk tertentu.
Berdasarkan pengertian diatas psikologi perusahaan dan organisasi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktifitas-aktifitas manusia dalam hubungannya dengan kehidupan lingkungan perusahan atau orgasnisasi.
Psikologi ilmu mulai diperkenalkan di Indonesia sebelum perang dunia ke II, melalui lembaga-lembaga pendidikan. Psikologi diajarkan di sekolah-sekolah pendidikan guru. Prinsip-prinsip psikologi ketika itu terutama diterapkan pada bidang pendidikan. Baru pada tahun 1953, dengan didirikannya Lembaga Pendidikan Asisten Psikologi, psikologi bukan saja merupakan ilmu yang diterapkan dibidang pendidikan, tetapi mulai menjadi ilmu yang dikembangkan di Indonesia dan diterapkan keberbagai bidang kehidupan, dalam kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan, dan kehidupan masyarakat pada umumnya.
 Psikologi di indonesia, khususnya perkembangan psikoogi industri dan organisasi, masih sangat dipengaruhi oleh perkembangan psikologi di negara-negara barat, terutama Amerika serikat. Banyak buku dan majalah psikologi dari negara-negara barat ( yang berbahasa inggris ) merupakan buku pegangan dan buku acuan dalam pengembangan dan penerapan psikologi di Indonesia. Hal ini pula yang menjadi dasar pemikiran untuk membahas secara singkat BAGAIMANA  perkembanagan psikologi industri dan organisasi di negara-negara barat agar dapat lebih mudah mengenali dan memahami psikologi industri dan organisasi di Indonesia.
Penerapan psikologi umum di industri sudah mulai dilihat pada permulaan abad ke 20. Tahun 1901, walter dill scott berbicara tentang kemungkinan penggunaan psikologi dalam periklanan. Tahun 1903 ia menerbitkan bukunya the theory of advertising, yang dipandang sebagai buku pertama yang membahas psikologi dengan suatu aspek dari dunia kerja (schultz, 1982: tahun 1913 terbit buku lain dengan judul the psychology of industrial efficiency yang ditulis oleh hugo muensterberg, psikolog jerman yang mengajar di universitas harvard. Buku ini membahas secara lebih luas bidang dari psikologi industri. Meskipun sudah pada permulaan abad ke 20 dikenali kemungkinan penerapan psikologi umum dalam perusaan, penerapan dan perkembangannya yang pesat baru dimulaidalam dekade 1920.
B.     Ruang lingkup

a. Psikologi industri dan organisasi adalah ilmu
Diatas telah diuraikan bahwa sejak perang dunia II, psikologi industri dan organisasi mulai berkembang menjadi ilmu mandiri, menegembangkan ilmunya sendiri yang berlaku umum untuk situasi industri dan organisasi.
Psikologi industri dan organisasi di Indonesia belum sejauh itu perkembangannya. Dewasa ini psikologi industri dan organisasi di indonesia masih terutama menerapkan temuan-temuan dari psikologi pada umumnya, psikologi industri dan organoisasi pada khususnya, kedalam industri dan organisasi.
b. Psikologi industri dan organisasi mempelajari perilaku manusia
Yang dimaksudkan dengan prilaku manusia adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik yang secara langsung dapat diamati, seperti berjalan, melompat, menulis, duduk, berbicara dan sebagainya. Maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, seperti berpikir, perasaan, motivasi dan sebagainya.
c. Perilaku manusia dipelajari dalam perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen.
Manusia dipelajari dalam interaksi dengan pekerjaannya., dengan lingkungan fisik dan lingkungan psiko-sosialnya di pekerjaannya. sebagai tenaga kerja manusia menjadi anggota organisasi industri dan sebagai konsumen ia menjadi pengguna dari produk atau jasa dari organisasi perusahaan.
d. Perilaku manusia dipelajari secara perorangan dan secara kelompok.
Dalam organisasi ada unit kerja. Unit kerja yang besar terdiri dari unit-unit kerja yang lebih kecil dan masing-masing terdiri dari unit kerja yang lebih kecil lagi. Dalam hubungan ini dipelajari bagaimana dampak satu kelompok atau unit kerja terhadap perilaku seorang tenaga kerja dan sebaliknya.
Juga dipelajari sejauh mana struktur, pola dan jenis organisasi mempengaruhi tenaga kerjanya, terhadap kelompok tenaga kerja dan terhadap seorang tenaga kerja.
tentang konsumen dapat berbentuk, sejauh mana ada reaksi yang sama dari kelompok konsumen dengan ciri-ciri tertentu terhadap iklan suatu produk.
Berdasarkan temuan dikembangkan teori aturan-aturan atau hukum dan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kembali kedalam kegiatan-kegiatan industri dan organisasi untuk kepentingan tenaga kerja, konsumen dan organisasinya dan untuk menguji ketepatannya. Contohnya ditemukannya data tentang perbedaan manager yang berhasil dan yang tidak.
                            
C.      Model-model penelitian dalam psikologi industri dan organisasi.
1. Hipotesis
a.Hipotesis Ilmiah
Hipotesis Umum : Gaya kepemimpinan yang Otoriter mempengaruhi motivasi kerja
Hipotesis Eksplisit : Subjek yang diperlakukan secara otoriter akan membuat motivasi kerja lebih rendah daripada subjek yang tidak diperlakukan secara otoriter.
b.Hipotesis Statistik
Ha : Subjek yang diperlakukan secara otoriter akan membuat motivasi kerja lebih rendah secara signifikan daripada subjek yang tidak diperlakukan secara otoriter.
Ho : Subjek yang diperlakukan secara otoriter akan membuat motivasi kerja lebih tinggi secara signifikan daripada subjek yang tidak diperlakukan secara otoriter.
c.Variabel
Variabel Bebas : Gaya kepemimpinan yang Otoriter
Variasi : Ada- Tidak ada, yaitu subjek diperlakukan secara otoriter dan tidak diperlakukan secara otoriter.
Manipulasi : Manipulasi kejadian, yaitu dengan cra memperlakukan gaya kepemimpinan yang otoriter kepada suatu kelompok subjek dan tidak memperlakukan gaya kepemimpinan yang otoriter kepada kelompok subjek yang lainnya.
Variabel Terikat : Motivasi kerja
Jenis Pengukuran : Laporan Kerja
Cara Pengukuran : Amplitudo, yaitu diukur dengan menggunakan skala motivasi.
Variabel Sekunder:
• Jenis Kelamin (dikontrol dengan teknik blocking, yaitu jumlah laki-laki dan perempuan sama pada setiap kelompok)
• Status sosial ekonomi (dikontrol dengan teknik randomisasi, yaitu secara acak memasukkan subjek ke dalam kelompok KK dan KE).
ü  Proses Analisis Konten.
Para peneliti harus terlebih dahulu untuk menentukan bahan sampel
misalnya, jika sebuah kajian menyelidiki memerankan laki-laki dan perempuan dalam iklan tv apa yang akan dilakukan, maka peneliti harus menentukan saluran untuk belajar dan waktu hari bahwa iklan yang direkam
ü  Kuesioner
Meminta kuesioner melibatkan sejumlah besar orang pertanyaan yang disajikan dan jawab pada formulir.. Pertanyaan yang terstruktur dan dapat ditutup atau buka berakhir.
Wawancara. Tterdapat beberapa berbagai jenis satu ke satu wawancara. Jenis wawancara yang digunakan tergantung pada tujuan penelitian dan jenis informasi yang dibutuhkan.
ü  Study Kasus
Studi kasus adalah sebuah metode untuk mendapatkan informasi yang sangat rinci mengenai masing-masing satu kasus. kasus dapat seorang individu atau kelompok masyarakat tertentu.
ü  Experimental Designs Kelompok Independen
Kelompok yang independen desain tempat independent variabel adalah operationalised oleh kelompok-kelompok yang berbeda dari peserta mengambil bagian dalam percobaan di setiap kondisi.
ü  Correlational Analysis
Correlational analisis tidak teknis metode penelitian, namun ‘correlational studi’ sering digunakan untuk merujuk ke sebuah penyelidikan yang melibatkan pengukuran untuk menentukan apakah salah satu variabel yang terkait dalam beberapa cara lain (apakah mereka saling terkait). ada dua dasar bentuk korelasi: positif dan negative.
ü  Kualitatif Data
Kualitatif data non-numerik, misalnya, kutipan, opini dan melaporkan emosi. Terdapat beberapa masalah saat memasang ke alamat kualitatif data.